Heboh! Luki
melongo melihat dapur pagi ini. Dia baru saja turun dari kamarnya di lantai
dua, dan mau sarapan.
“Goeden
morgen, anak ganteng!” Mama melempar senyum sambil mengelap butiran keringat di
dahinya. Celemeknya yang bergambar kincir angin tampak agak belepotan noda.
“Mama tumben
pagi-pagi masaknya serius gini..?” Luki bertanya keheranan.
Dia melongokkan
kepala ke arah panci besar di atas kompor. Hmm.. kuah kecoklatan agak kental
nan harum. Tak salah lagi.. Coto Makassar! Lekker..
Tapi aneh.
Biasanya di pagi hari menu yang tersedia adalah roti tawar dengan selai
stroberi atau keju kesukaan Luki. Plus sekotak susu Chocomell di atas meja
makan. Kalaupun agak beda, paling nasi goreng atau mie goreng plus omelet.
Tapi... Coto Makassar..??
“Eit, jangan
dulu.. Itu belum matang!” seru Mama.
Luki mengurungkan
niat menyendok kuah coto. Tapi tetap saja tangannya mencomot satu potongan
daging sapi yang sudah Mama sisihkan di mangkok.
“Memangnya mau
ada acara, ya Ma?”
“Iya, nanti
siang ada potluck di rumah kita.”
Hmm, potluck? Apa
itu..? Luki tak punya cukup banyak waktu untuk bertanya pada Mama. Bunyi
“tit-tit” dari jam tangannya mengingatkan Luki untuk segera berangkat. Dia tak
mau ketinggalan trem dan terlambat tiba di lapangan sepakbola. Semenjak tinggal
di Belanda, mau tak mau Luki belajar untuk lebih tepat waktu, mengikuti budaya
warga Belanda yang terkenal disiplin.
Siangnya saat
Luki kembali dari berlatih bola, rumahnya telah ramai. Banyak teman Mama dan
Papa yang datang, bersama anak-anak mereka.
Ada kakak
beradik Rafael dan Caitlin, si kembar Harry dan Danny, si jangkung Ryan dan si
pirang Wesley. Teman-temannya itu berwajah seperti bule. Ya, karena mama-mama
mereka orang Indonesia yang menikah dengan orang Belanda.
Ada pula
Bagas, Sekar, Bastian, Laras dan Ferdi , teman-temannya yang Indonesia asli.
Sama seperti Luki, mereka ikut orang tua yang sedang menuntut ilmu di negeri Belanda.
Wah, ramai
sekali rumah Luki siang itu. Seru! Anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak.
Dan wow.. mata
Luki terbelalak melihat bermacam-macam makanan yang terhidang di atas meja
makan. Ada Coto Makassar yang tadi pagi sudah sempat dicicipinya sedikit. Lalu
ada ayam rica-rica. Rendang. Teri
balado. Tahu dan tempe bacem. Bakwan jagung. Serasa sedang pesta di Indonesia!
Apakah Mama
yang memasak semua itu..? pikir Luki setengah takjub.
Ting tong!
“Luki, tolong
bukakan pintu!” seru Mama yang sedang sibuk menata piring dan gelas bersama
Tante Mirda.
Ternyata yang
datang adalah Tante Dewi. Beliau tampak kerepotan. Satu tangannya menggendong
si kecil Bobi yang tertidur, sementara tangan lainnya memegang sebuah termos besar.
“Biar saya bantu
bawakan, Tante,” tawar Luki sopan.
“Oh, terimakasih
Luki. Tolong langsung dibawa ke ruang makan saja ya.”
Tante Dewi
mengangsurkan termos itu kepada Luki. Ups, berat juga ternyata. Luki sampai
harus mengangkatnya dengan kedua tangan.
Di ruang makan,
Mama menyongsongnya.
“Wah, ini dia
kolaknya sudah datang. Kolak Tante Dewi paling lezat seantero Belanda,” kata
Mama riang.
Oh, jadi
termos tadi isinya kolak bikinan Tante Dewi, pikir Luki. Berarti, makanan yang
lain... Ah ya! Aku tahu sekarang, Luki menggumam dalam hati.
“Pepes ikan
datang...” suara berat Oom Jo membuyarkan pikiran Luki. Kedua tangannya
menyangga pinggan berisi pepes-pepes yang terbungkus daun pisang. Aroma
gurihnya menguar ke seluruh ruangan.
“Nah, berhubung
semua sudah hadir, dan hari sudah semakin siang, mari kita mulai saja
acaranya,” kata Papa.
“Tentu saja.
Kita semua sudah kelaparan,” timpal Oom Jo sambil tertawa. Beliau berdiri dan
mengambil posisi antri paling depan di dekat meja makan.
“Tolong panggil
dulu teman-temanmu yang masih main di halaman belakang, Luki,” kata Mama.
“Oke Ma,”
jawab Luki sambil beringsut mendekati Mama.
“Jadi bukan
Mama yang memasak semua ini kan?” bisiknya di telinga Mama.
“Tentu saja
bukan. Mama hanya memasak cotonya saja,” jawab Mama sambil tertawa kecil.
Luki
manggut-manggut. Mencoba menghubungkan semuanya. Coto Makassar masakan Mama.
Kolak dari Tante Dewi. Pepes ikan bawaan Oom Jo. Ayam rica-rica, rendang, teri
balado, tahu dan tempe bacem, serta bakwan jagung juga pasti buah tangan tamu
yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar