FUNGSI BAHASA SEBAGAI ALAT
KOMUNIKASI
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
kita pakai sehari-hari dan juga bahasa resmi negara kita tercinta. Dalam
menggunakan bahasa Indonesia mempunyai beberapa aturan yang harus ditaati agar
kita bisa menggunakannya dengan baik dan benar. Tetapi sebelum membahas
mengenai bahasa indonesia, saya ingin memberi penjelasan sedikit mengenai makna
sebenarnya dari kata (bahasa) itu sendiri.
PENGERTIAN
Pengertian bahasa telah banyak
didefinisikan oleh para ahli menurut pandangan mereka masing-masing. Bill Adams
menyebutkan bahwa bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu,
Wittgenstein mengartikan bahwa bahasa adalah bentuk pemikiran yang dapat
dipahami, sedangkan Saussure mendifinisikan kalau bahasa adalah objek dari
semiologi. Sedangkan pengertian umum bahasa yaitu merupakan alat untuk
beriteraksi atau berkomunikasi dalam menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
perasaan yang digunakan oleh seorang manusia, yang berupa bunyi yang dihasilkan
oleh alat kecap manusia.
Bahasa
diciptakan sebagai alat komunikasi universal yang diharapkan dapat dimengerti
oleh setiap manusia untuk melakukan suatu interaksi sosial dengan manusia lainnya.
Bahasa terdiri atas kumpulan kata atau kalimat yang dari masing-masing susunan
kata memiliki makna untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan
seseorang. Oleh karena itu, kita harus memilih kata-kata yang tepat dan
menyusun kata-kata tersebut sesuai dengan aturan tata bahasa yang ada, agar
makna yang terkandung di setiap kalimat dapat tersampaikan dengan baik dan
jelas.
PENGGUNAAN BAHASA
INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
Bahasa
Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesusai
dengan norma kemasyarakatan yan berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
Indonesia.
Jika
bahasa diibaratkan pakaian, kita akan menggunakan pakaian renang pada saat akan
berenang di kolam renang sambil membimbing anak-anak belajar berenang. Akan
tetapi, tentu kita akan mengenakan pakaian yang disetrika rapi, sepatu yang
mengkilat, dan seorang laki-laki mungkin akan menambahkan dasi yang bagus pada
saat ia menghadiri suatu pertemuan resmi, pada saat menghadiri pesta perkawinan
rekan sejawat, atau pada saat menghadiri sidang DPR.
Akan
sangat ganjil bukan, jika pakaian yang disetrika, sepatu mengkilap, dasi, dan sebagainya itu digunakan untuk berenang.
Demikian juga kita akan dinilai sebagai orang yang kurang adab jika menghadiri
acara dengar pendapat di DPR dengan pakaian renang karena di sana ada ketentuan
yang sudah disepakati bahwa siapa pun yang akan menghadiri acara resmi di DPR
harus berpakaian rapi. Barangkali kita
masih ingat kasus seorang pengusaha sukses, yang oleh petugas protokol ditolak
menghadiri acara dengar pendapat di DPR
karena pengusaha yang "nyentrik" itu tidak menggunakan pakian rapi.
Kalau
contoh itu dianalogikan dengan pemakaian bahasa, betapa ganjilnya percakapan
seorang suami dengan istrinya jika berlangsung seperti berikut:
Suami:
"Bu, bolehkan Bapak bertanya, apakah Ibu sudah menyiapakan hidangan untuk makan siang hari
ini?"
Istri : "Ya tentu saja. Saya sudah masak
nasi lengkap dengan sayur kesenangan Bapak, dan sekarang silakan Bapak
menikmati hidangan itu. Silakan Bapak menikmati hidangan yang sudah
disiapkan".
Suami:
"Mari Bapak cicipi makanan ini. Oh, menurut hemat Bapak, seandainya Ibu
menambahkan sedikit garam ke dalam sayur ini, pasti sayur tersebut akan lebih
lezat."
Istri : "Mudah-mudahan pada kesempaan lain
Ibu dapat membuat sayur yang lebih enak sesuai dengan saran Bapak."
Sebaliknya,
bagaimana pendapat Anda jika seorang mahasiswa (pembicara) bertanya kepada
seorang dosen (pendengar) tentang materi kuliah yang diberikan dosen (objek),
pada saat kuliah (waktu), di kampus (tempat), dalam situasi belajar-mengajar
(resmi) sebagai berikiut: "Maaf Mas, gue kepengen usul, coba jelasin dulu
dong garis besar kuliah kita, apa dah sesuai kurikulum universitas kita?"
Kedua
contoh rekaan itu dapat dikatakan tidak tepat. Contoh pertama sangat
menggelikan karena pada situasi santai digunakan bahasa yang resmi sehingga
terasa kaku; kasus kedua juga sangat tidak tepat karena pada situasi formal
digunkan kata-kata dialek dan struktur yang tidak baku (ditetak miring)
sehingga mirip percakapan di warung kopi. Kedua contoh itu tidak baik dan tidak
benar karena bahasa yang digunakan tidak seuai dengan situasi pemakaian, lagi
pula tidak sesuai dengan kaidah bahasa.
Begitu
pula dengan pemakaian lafal daerah, seperti lafal bahasa Jawa, Sunda, Bali,
Batak, dan Banjar dalam bahasa Indonesia pada situasi resmi dan formal sebaiknya
dikurangi.
Kata
memuaskan diucapkan (memuasken); pendidikan yang dilafalkan (pendidi'an) bukan
lafal bahasa Indonesia. Kata kakak yang dilafalkan (kakak?); kata mie
dilafalkan (me) tidak cocok dengan lafal bahasa Indonesia.
Pemakaian
lafal asing sama saja salahnya dengan pemakaian lafal daerah. Ada orang yang
sudah terbiasa mengucakan kata logis dan sosiologi menajdi (lohis) dan
(sosiolohi). Ada lagi yang melafalkan kata sukses menjadi (sakses); produk
menjadi (prodak); dan sebagainya.
Dalam
sebuah papan nama tertulis, Dana Proyek ini berasal dari dana yang di himpun
dari pajak yang anda bayar, imbuhan di pada kata di himpun ditulis terpisah,
padahal seharus serangkai yakni dihimpun. Sapaan anda seharusnya diawali dengan
huruf besar; Anda.
Pemakaian
kata daripada dalam kalimat, Saya tahu persis daerah ini merupakan basis
daripada PKI tidak tepat. Ungkapan basis daripada PKI termasuk ungkapan yang
menyatakan milik tidak perlu menggunakan daripada. Begitu juga dalam
kepemilikikan yang lain, seperti Pemimpin daripada PLO, ketua dairpada KUD,
pintu daripada rumah dan seterusnya.
Dalam
bahasa Indonesia daripada digunakan dalam perbandingan, seperti Sikap Pemimpim
PLO lebih keras daripada sikap Presiden Mesir dalam menghadapi Israel
FUNGSI BAHASA
Bahasa
sebagai alat komunikasi
Bahasa
sudah digunakan sejak zaman nenek moyang kita, untuk berinteraksi dengan orang
lain guna menyampaikan maksud yang ada di dalam hati dan fikiran seseorang.
Dengan menggunakan bahasa, manusia dapat berhubungan dengan alam sekitarnya,
terutama dengan manusia lainnya. Melalui bahasa pulalah manusia dapat bekerja
sama dengan manusia lainnya untuk mencapai suatu tujuan.
Bahasa
sebagai alat ekspresi diri
Bahasa
merupakan wujud dari ekspresi diri, karena melalui bahasalah manusia dapat
menyatakan secara terbuka, segala sesuatu yang tersirat di dalam pikirannya
kepada orang lain dengan gayanya masing-masing. Ada banyak hal yang menyebabkan
manusia mengekspresikan dirinya melalui bahasa , diantaranya untuk membebaskan
diri dari tekanan emosi, untuk mengungkapkan kebahagiaan yang tengah dirasakan,
untuk menarik perhatian orang lain dan lain sebagainya.
Bahasa
sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial
Bahasa
merupakan alat yang digunakan untuk berintegrasi dan beradaptasi dengan
lingkungan sekitar. Bahasa yang digunakan hendaknya harus sesuai dengan kondisi
daerah/Negara setempat. Misalnya apabila kita berada di Korea, kita tidak
mungkin menggunakan bahasa Sunda untuk berinteraksi dengan penduduk sekitar,
karena penduduk korea tidak mungkin mengerti dengan bahasa yang kita gunakan.
Oleh karena itu kita harus menyesuaikan bahasa dimana kita berada.
Sebagai
alat control sosial
Bahasa
mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Apabila seseorang
berbahasa dengan menggunakan bahasa yang kasar itu merupakan cerminan diri
orang tersebut. Oleh karena itu kontrol sosial melalui bahasa sebaiknya
ditanamkan pada diri seseorang sejak dini agar seseorang dapat berinteraksi
dengan baik di masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar